Fosil Kecebong Tertua – Paleontolog baru-baru ini menemukan fosil kecebong dari spesies katak purba Notobatrachus degiustoi, yang berusia sekitar 161 juta tahun, di Estancia La Matilde, Patagonia, Argentina. Penemuan ini memberikan wawasan baru tentang sejarah evolusi katak dan kodok (anuran) yang berasal dari era Jurassic Tengah. Temuan ini juga membuka tabir mengenai tahap perkembangan awal dari siklus hidup katak yang telah ada sejak zaman purba.
Katak dan kodok merupakan bagian dari kelompok amfibi yang di sebut anuran, yang di kenal dengan siklus hidup bifasik, yakni melalui dua tahap perkembangan: sebagai berudu di lingkungan air, kemudian berkembang menjadi katak dewasa. Meskipun jejak fosil katak dewasa sudah di temukan sejak zaman Trias Akhir (sekitar 217 juta tahun lalu), fosil kecebong, atau larva anuran, baru di temukan pada periode Cretaceous (sekitar 145 juta tahun lalu). Penemuan fosil kecebong Notobatrachus degiustoi ini mengubah pemahaman kita tentang sejarah evolusi anuran.
Menurut Mariana Chuliver, paleontolog dari Universidad Maimónides yang terlibat dalam penelitian ini, “Kecebong merupakan larva anuran yang memiliki fase metamorfosis yang sangat drastis—proses perubahan bentuk dan ekologi yang tajam dalam waktu singkat untuk mencapai tahap dewasa.” Penemuan ini, yang di terbitkan dalam jurnal Nature pada 30 Oktober 2024, menunjukkan bagaimana ciri-ciri metamorfosis yang ekstrem ini sudah ada sejak awal keberadaan anuran di kutip oleh kawanbpbatam.org.
Kecebong Purba dengan Fitur yang Mirip dengan Kecebong Modern
Kecebong yang di temukan berukuran sekitar 16 cm (6,3 inci) dan menunjukkan detail luar biasa, termasuk kepala, tubuh, ekor, mata, saraf, serta tungkai depan yang sebagian masih terlihat. Ini menunjukkan bahwa kecebong Notobatrachus degiustoi berada pada tahap akhir metamorfosis, hampir mencapai fase dewasa. Para peneliti menemukan bahwa ciri-ciri seperti sistem penyaringan makanan. Juga terdapat pada kecebong modern—telah ada sejak 161 juta tahun yang lalu.
“Kecebong purba ini menunjukkan kemiripan yang mencolok dengan kecebong masa kini. Terutama dalam hal adaptasi ekologi, seperti mekanisme penyaringan makanan,” tambah Chuliver. Penemuan fosil ini juga memberikan petunjuk bahwa ukuran besar kecebong, atau gigantisme berudu. Mungkin merupakan karakteristik yang muncul lebih awal dalam evolusi anuran. Kecebong Notobatrachus degiustoi yang besar ini menunjukkan bahwa fenomena gigantisme pada larva anuran sudah berlangsung sejak zaman Jurassic.
Baca juga:
Perut Buncit Bikin Nggak PD, Begini Cara Ampuh Lenyap Kan Lemak Visceral
Mengungkap Keberlanjutan Siklus Hidup Anuran
Penemuan ini menambah pemahaman kita tentang stabilitas siklus hidup anuran. Para peneliti menunjukkan bahwa siklus hidup bifasik—di mulai dari kecebong akuatik yang berkembang menjadi katak dewasa. Sudah ada lebih dari 161 juta tahun yang lalu dan tetap tidak berubah selama jutaan tahun. Ini membuktikan bahwa meskipun terjadi perubahan besar dalam sejarah evolusi, pola dasar kehidupan anuran tetap stabil dari masa ke masa.
Penemuan ini tidak hanya memperkaya wawasan paleontologi tentang anuran, tetapi juga memberikan gambaran lebih jelas mengenai evolusi siklus hidup amfibi dan bagaimana adaptasi mereka terhadap lingkungan berkembang dari waktu ke waktu. Kecebong purba ini, dengan semua detailnya yang terawetkan, menjadi bukti fisik yang luar biasa tentang kekayaan sejarah kehidupan di Bumi yang telah ada jauh sebelum manusia muncul.