Bahaya! Dokter Ingatkan Risiko Masak Daging Campur Parasetamol Biar Empuk

Risiko Masak Daging Campur Parasetamol

Risiko Masak Daging Campur Parasetamol – Percaya atau tidak, belakangan ini muncul tren yang mencengangkan di media sosial: merebus daging dengan parasetamol agar lebih cepat empuk. Praktik ini jelas membuat banyak orang geleng-geleng kepala. Bagaimana bisa obat yang seharusnya di konsumsi untuk menurunkan demam dan meredakan nyeri, malah di pakai sebagai “bumbu” dapur?

Tren ini bermula dari video viral yang memperlihatkan seseorang menambahkan satu atau dua tablet parasetamol ke dalam air rebusan daging. Menurut klaim dalam video tersebut, parasetamol konon mampu memecah serat daging lebih cepat dan membuat daging menjadi lembut dalam waktu singkat. Tanpa berpikir panjang, sebagian orang ikut-ikutan mencoba, tanpa memikirkan bahaya serius yang mengintai di balik praktik absurd ini.

Reaksi Medis: Dokter Angkat Suara, Ini Bukan Sekadar Konyol, Tapi Mematikan

Risiko Masak Daging Campur Parasetamol – Dokter-dokter langsung merespons keras tren ini. Mereka memperingatkan bahwa memasak daging dengan parasetamol bukan hanya tidak masuk akal secara medis, tapi juga sangat berbahaya bagi kesehatan. Ketika parasetamol di panaskan atau di masak, senyawa kimia di dalamnya bisa berubah dan menghasilkan zat toksik yang merusak organ dalam tubuh.

Salah satu dokter spesialis toksikologi menyebutkan bahwa ketika parasetamol terurai karena suhu tinggi, ia dapat menghasilkan senyawa bernama N-acetyl-p-benzoquinone imine (NAPQI), yang sangat beracun bagi hati. Zat ini biasanya hanya muncul dalam jumlah kecil ketika obat di konsumsi secara oral, dan tubuh bisa menetralisirnya. Tapi saat parasetamol di masak, jumlah NAPQI yang di hasilkan bisa melonjak drastis dan tidak bisa di tangani tubuh, apalagi jika zat itu masuk lewat makanan.

Baca juga: https://kawanbpbatam.org/

Racun Dalam Sepiring Makanan: Efek Jangka Panjang yang Tak Di sadari

Yang membuat praktik ini makin mengerikan adalah dampaknya yang tidak langsung terasa. Tidak seperti keracunan makanan biasa yang menimbulkan gejala dalam hitungan jam, racun dari hasil pemanasan parasetamol bisa menumpuk secara perlahan. Gejala kerusakan hati bisa muncul setelah 24 jam atau lebih, dengan tanda-tanda seperti mual, muntah, sakit perut, kulit menguning, hingga kejang-kejang. Jika tidak di tangani segera, kondisi ini bisa berujung pada gagal hati dan kematian.

Banyak orang yang mungkin mengira ini hanya hal sepele atau “eksperimen dapur” yang lucu, padahal sebenarnya ini seperti menambahkan racun ke dalam makanan. Mengonsumsi daging yang di masak dengan parasetamol sama saja dengan menyuap diri sendiri dengan bahan kimia yang tidak di rancang untuk sistem pencernaan dalam bentuk termodifikasi.

Kenapa Bisa Terjadi? Kurangnya Edukasi dan Gila Viral

Salah satu alasan utama kenapa praktik berbahaya ini menyebar luas adalah rendahnya literasi kesehatan di kalangan masyarakat. Banyak yang hanya melihat efek jangka pendek—daging jadi empuk—tanpa berpikir panjang soal risikonya. Faktor lain yang memperparah adalah budaya viral yang mendorong orang melakukan hal ekstrem demi tontonan dan sensasi di media sosial.

Dalam situasi seperti ini, peran edukasi dan logika sangat penting. Obat bukanlah bahan dapur. Tidak semua yang bisa di telan bisa di makan. Apalagi jika fungsi utamanya bukan untuk di konsumsi lewat makanan, tapi sebagai obat medis yang penggunaannya harus tepat dosis dan tujuannya.

Stop Sebar Kebodohan: Jangan Korbankan Kesehatan Demi Daging Empuk

Sudah saatnya masyarakat sadar dan berhenti ikut-ikutan tren bodoh yang justru membahayakan nyawa. Masak daging butuh kesabaran, bukan parasetamol. Gunakan cara tradisional seperti merebus dengan api kecil, memakai daun pepaya, atau menggunakan pressure cooker—bukan mencampur obat-obatan yang bisa merusak tubuh.

Apakah sepotong daging empuk secepat itu pantas di tukar dengan risiko gagal hati? Jika jawabannya tidak, maka buang jauh-jauh ide gila mencampurkan parasetamol dalam rebusan daging. Dapur bukan laboratorium kimia. Jangan jadikan meja makan sebagai tempat menebar racun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *